Jakarta Selatan—Anak merupakan potensi dan penerus perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis untuk mencapai Indonesia maju. Anak-anak memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisiknya.
Hal ini menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama berpartisipasi untuk meningkatkan kepedulian dalam menghormati, menghargai, dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi.
Dalam hal ini juga anak-anak harus didorong untuk meningkatkan kreatifitas, semangat belajar yang tidak hanya untuk pengetahuan bersifat umum namun harus diiringi dengan kemampuan secara motorik.
Di momen Hari Anak Nasional yang jatuh pada Jumat (21/07/2023), Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menyelenggarakan acara belajar memasak bersama Pizza Marzano dan Genki Sushi dengan anak-anak Taman Baca Amalia.
Puluhan anak-anak antusias saat belajar bersama kakak-kakak koki yang ramah dari Pizza Marizzano dan Genki Sushi gerai Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
“Dengan mengusung tajuk “Pizza Gembira”, DMC Dompet Dhuafa menggaungkan kepedulian terhadap anak-anak dari segi pendidikan dan bekal keterampilan memasak untuk menunjang kemandirian mereka di kelak nanti. Tema ini juga seirama dengan tema utama Hari Anak Nasional 2023 yakni “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” terang Akbar Saddam selaku Pjs. General Manager Resource Hub DMC Dompet Dhuafa melalui pesan singkat.
Seperti yang diketahui tema Hari Anak Nasional 2023 adalah Anak Terlindungi, Indonesia Maju. Dengan sub-tema yang memuat berbagai aspek seperti Cerdas Bermedia Sosial Menuju Generasi Emas, Dare to Lead and Speak Up: Anak Pelopor dan Pelapor, Pengasuhan Layak untuk Anak Indonesia, Wujudkan Lingkungan yang Aman untuk Anak, dan Stop Kekerasan, Perkawinan Anak serta Pekerja Anak.
Acara ini diselenggarakan untuk melatih ketertarikan anak untuk aktivitas memasak untuk dirinya sendiri. Selain itu juga melatih kemandirian anak-anak dalam memproduksi sebuah barang/jasa untuk dirinya sendiri. Semua aktivitas tersebut harus dikemas sesuai dengan tingkatan usia dan harus dipenuhi keceriaan.
“Senang bisa belajar buat pizza. Biasanya hanya melihat di TV saja,” aku salah satu anak.
Seorang ilmuan pendidikan, J. Erricker, mengungkapkan bahwa pendidikan anak yang dipenuhi dengan keceriaan merupakan kunci kesuksesan pendidikan. Kebahagiaan diartikan sebagai upaya kendali anak atau kemandirian anak dalam aktivitasnya sehari-hari.
“Agar seseorang bahagia—orang dewasa atau anak-anak, mereka perlu merasakan kendali atas apa yang terjadi pada mereka dalam hidup mereka,” tulis Erricker (2009: 741).
“Anak-anak melihat dan belajar dari media (TV, media sosial dll) tentang meraih kesuksesan dan menjadi bahagia dengan menjadi lebih baik dari yang lainnya sebagai individu, ketimbang meraih kebahagiaan yang datang dari partisipasi aktif dalam komunitas/kelompok/masyarakat yang mendukung,” lanjut Erricker (2009: 749).
Lebih jauh J. Erricker menjelaskan bahwa seringkali sikap berlebihan orang tua dalam melindungi anaknya menjadi hambatan pertumbuhan anak dalam menyerap segala bentuk edukasi/pendidikan.
“Banyak anak-anak kita yang tidak mandiri. Mereka mungkin dilindungi dan tidak kekurangan harta benda, tetapi keleluasan dalam mengambil sikap atau berpikir atas hidup mereka sendiri semakin berkurang. Di sini aspek kemandirian dan keamanan saling berbenturan. Dengan melindungi anak-anak kita, kita melemahkan kemampuan mereka untuk mandiri,” pungkas Erricker (2009: 743).
“Sering dikatakan—anak-anak zaman sekarang, tidak pergi ke sekolah sendirian, tidak bermain di jalanan dan taman sendirian, dan tidak menghabiskan sepanjang hari di pantai sendirian. Jika mereka diberi pengalaman seperti itu, itu akan memungkinkan mereka untuk mempraktikkan kemandirian dan mampu mempelajari keterampilan yang diperlukan dalam hidup ke depan mereka,” aku Erricker (2009: 743).
Kunci kesuksesan dalam mendidik anak di satu sisi tetap memberikan perlindungan yang memadai adalah dengan memperkenalkan aspek pemberdayaan yang menyenangkan. Di mana pemberdayaan mampu menghadirkan partisipasi aktif selama sesi pembelajaran yang juga diawasi oleh orang tua/wali, sehingga keamanan dan keleluasan anak mampu muncul dan menghadirkan nuansa kebahagiaan selama sesi pembelajaran. (AFP/ DMC Dompet Dhuafa)
Foto oleh Salam/ DMC Dompet Dhuafa