Menyusul laporan peningkatan status menjadi SIAGA untuk Gunung Anak Krakatau yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Masyarakat di sekitar Anak Krakatau dihimbau untuk waspada.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam rilis resmi yang dikeluarkan, menganjurkan masyarakat / pengunjung / wisatawan / pendaki tidak diperbolehkan mendekati G. Krakatau dalam radius 5 km dari Kawah Aktif.
“Dengan meningkatnya level aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II menjadi Level III yang disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi maka masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami terutama di malam hari sesuai info dari BMKG,” kata Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG.
“Perlu dipahami waspada bukan evakuasi, waspada artinya berhati-hati dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan dengan tetap memperhatikan informasi dari pihak berwenang yaitu BMKG, PVMBG, dan BNPB,” kata Dwikorita.
Dengan menimbang kenyataan di atas lalu apa yang harus dilakukan dalam menyikapinya? Berikut panduan yang harus dilakukan dalam siap siaga menghadapi gunung meletus.
Sebelumnya mari kita kenali empat tingkatan status gunung api:
- Normal—Tidak ada aktivitas magma
- Waspada—Adanya aktivitas seismic, kejadian vulkanik dan sedikit perubahan aktivitas akibat pergerakan agma, tektonik dan hidrometal.
- Siaga—Peningkatan aktivitas seismic dan letusan dapat terjadi dalam waktu dua minggu.
- Awas—Letusan dapat terjadi dalam waktu 24 jam.
Setiap perubahan status gunung api selalu didasarkan pada tanda-tanda alam, seperti intensitas gempa dan semburan abu vulkanik dari kawah. Sehingga perlu juga kita perhatikan bahaya-bahaya letusan gunung api:
- Awan panas: gulungan awan campuran gas, pasir dan batu hasil letusan bersuhu 200-700 celcius dan kecepatan 70 km/jam.
- Bom Vulkanik: lontaran batu material gunung api dengan diameter> 10 sentimeter dan suhu >200 celcius.
- Hujan Abu: Abu pasir halus hasil letusan, baik dari awan panas maupun jatuhan piroklastik dan beterbangan mengikuti arah angina.
- Lava: yang mencapai permukaan berbentuk cairan kental dan bersuhu 700-1200 celcius.
- Gas Beracun: gas yang keluar dari rekahan/lubang kawah, seperti CO2, H2s, HCI, SO, dan CO.
- Lahar: banjir materi letusan yang diakibatkan oleh curah hujan tinggi pada tumpukan material vulkanik di puncak gunung api.
Dilansir dari Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Panduan Kesiapsiagaan Bencana Alam dari Safetysign Indonesia, berikut adalah langkah-langkah penyelamatan saat terjadi gunung meletus:
Prabencana
- Kenali dan waspadai tanda-tanda letusan
- Siapkan perlengkapan darurat, seperti dukungan logistik, makanan siap saji, lampu senter dan baterai cadangan, dan uang tunai.
- Bila ada himbauan mengungsi segera lakukan
- Perhatikan arahan dari lembaga resmi dan perkembangan aktivitas gunung berapi.
- Selalu siapkan masker dan kacamata pelindung untuk melindungi dari abu vulkanik.
- Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan pihak berwenang.
- Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak erupsi meluas.
Saat bencana
- Tetap lindungi diri dari abu
- Bantu warga disabilitas, lansia dan anak-anak
- Hindari wilayah yang terkena hujan abu jika memungkinkan
- Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan.
- Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
- Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan gunung berapi.
- Gunakan kacamata pelindung.
- Jangan memakai lensa kontak.
- Gunakan masker atau kain untuk menutup mulut dan hidung.
- Pakai pakaian yang tertutup untuk melindungi tubuh.
Pascabencana
- Hindari aktivitas yang mengakibatkan terpapar abu vulkanik.
- Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik.
- Bersihkan atap rumah dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa merobohkan atap.
- Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada musim hujan.
Kemudian di atas semua itu perhatikan tanda-tanda adanya letusan gunung meletus, seperti:
- Suhu lereng/sekitar kawah meningkat drastic
- Sumber mata air mongering
- Sering terjadi gempa tremor
- Banyak hewan turun gunung
- Sering terdengar suara gemuruh
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 atau 085846324506 di Pasauran (Provinsi Banten).
“Masyarakat diminta untuk tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggungjawab, pastikan informasi hanya bersumber dari PVMBG-Badan Geologi dan BMKG serta BPBD setempat,”tutup Dwikorita.
Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa terus memantau situasi di Anak Krakatau. Tim Response dan Recovery disiagakan untuk memastikan dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar jika terus terjadi eskalasi status gunung Anak Krakatau (AFP/ DMC Dompet Dhuafa).
Fotografer: Arifian Fajar Putera
184-Laporan-Peningkatan-Aktivitas-D.-Anak-Karatau-dari-Waspada-ke-SiagaFile Peningkatan Status G. Anak Krakatau dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral – Badan Geologi bisa diunduh di sini.
Disclaimer: Foto-foto di atas merupakan dokumentasi saat respons bencana pada Desember 2021 lalu.
Hubungi Disaster Management Center Dompet Dhuafa:
Linkedin: Disaster Management Center Dompet Dhuafa
Instagram: dmcdompetdhuafa
Facebook: dmcdompetdhuafa.offical
Twitter: dmcddofficial
Youtube: DMC Dompet Dhuafa
Tiktok: dmcdompetdhuafa