Rangkaian Terakhir Pelatihan EMT Dompet Dhuafa: Dari Teori hingga Simulasi Penanganan Medis di Respons Bencana

Kota Depok, Jawa Barat—Pada Rabu (5/6/2024), penyelenggaraan kegiatan pelatihan Emergency Medical Team (EMT) Dompet Dhuafa memasuki hari ketiga sekaligus hari terakhir dari rangkaian kegiatan Training EMT yang diselenggarakan oleh Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa.

Berbeda dari hari-hari sebelumnya, tema diskusi agenda hari terakhir ini adalah “Clinical and Public Health”. Tema dan isu tersebut menjadi dua aspek penting dalam konteks kerangka kerja EMT/Tim Medis Darurat.

Clinical and Public Health/Klinis dan Kesehatan Masyarakat dalam respons medis ditujukan untuk mengatasi keadaan darurat, seperti bencana alam atau krisis kesehatan lainnya.

Aspek klinis dalam EMT berfokus pada penyediaan perawatan medis langsung kepada individu yang terkena dampak akibat bencana atau krisis kesehatan. Misalnya, memberikan penanganan dan perawatan kepada penyintas yang terdampak berbagai kondisi medis yang mungkin timbul akibat situasi darurat, seperti infeksi, trauma, dan luka-luka lainnya yang diakibatkan kondisi darurat.

Sementara itu, aspek kesehatan masyarakat bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat luas di daerah terdampak.

Sebagaimana dijelaskan oleh dr. Iin Inayah dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), suatu tim EMT perlu melakukan beberapa upaya dalam konteks kesehatan masyarakat, salah satunya memantau dan mengendalikan penyebaran penyakit menular di antara populasi terdampak.

“Asesmen terhadap penyintas untuk melihat jenis-jenis penyakit yang mungkin diderita penyintas sebelumnya menjadi amat penting untuk mengatur ruangan di dalam rumah sakit lapangan. Selain itu, untuk mempersiapkan kita sebagai tim medis agar mengerti prosedur yang harus diikuti ketika menghadapi pasien/penyintas yang memiliki penyakit menular. Sehingga penyebaran penyakit menular bisa diminimalisir,” ujar dr. Iin Inayah dalam pemaparan materi tentang Health Promotion and Community Engagement.

Pemateri berikutnya, Zakarija Achmat, M.Si., Psikolog, dari MDMC menjelaskan materi tentang Psychosocial Support for EMT. Dalam penjabarannya, Zakarija menjelaskan bahwa tim EMT perlu memiliki keterampilan mendengar dalam menangani penyintas yang mungkin mengalami trauma akibat bencana.

“Bentuk dukungan berbasis individu ada beberapa yang bisa kita lakukan. Pertama, konseling. Ini memerlukan keterampilan khusus. Bagi yang tidak memiliki keterampilan khusus ini, harus berlatih,” ucap Zakarija.

“Yang utama adalah keterampilan mendengarkan. Mendengarkan tidak hanya sebatas menggunakan indera pendengar, tetapi juga menggunakan hati. Jika kita tidak punya keterampilan mendengarkan, kita hanya menyimpulkan kondisi dari apa yang kita lihat dan kita pikirkan saja,” lanjutnya.

Menurutnya, dengan mendengar, tim EMT mampu mengetahui apa yang benar-benar dibutuhkan oleh penyintas, atau mengetahui kondisi mental yang tidak baik yang sedang diderita penyintas.

Kegiatan pelatihan ini tidak hanya berisi sesi materi, tetapi juga dilengkapi dengan praktik kerja langsung yang dilakukan oleh para peserta. Pada sesi materi Health Emergency Operation Center (HEOC), Budi Santoso dari MDMC menjelaskan bagaimana sistem manajemen perlu dimiliki oleh tim EMT untuk mengintegrasikan berbagai fasilitas, perangkat, prosedur, sumber daya terlatih, dan sistem teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam sesi ini, peserta pelatihan diserukan untuk membuat kerangka struktur sebuah tim EMT, sekaligus daftar logistik yang disiapkan untuk dibawa ke daerah bencana.

Hal ini merupakan sebuah praktik lanjutan dari sesi yang diikuti peserta dalam simulasi bencana gempa yang dimaksudkan untuk memahami lebih dalam bagaimana sebuah tim EMT menyiapkan segala hal dan akses menuju lokasi bencana.

Praktik langsung ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta agar mampu melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan badan yang menangani penanggulangan bencana dan lembaga/organisasi lain yang terlibat.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini melahirkan rasa optimisme dari insan-insan Dompet Dhuafa dan dari pihak MDMC sebagai mitra atas terbentuknya sebuah tim yang terintegrasi dan terlatih dalam klaster kesehatan saat respons bencana.

“Harapan kami (MDMC) adalah tim ini betul-betul menjadi tim EMT-nya Dompet Dhuafa yang mampu berperan secara aktif, berkomitmen dengan kuat dan tentu adalah prinsip-prinsip toleransi yang dibangun untuk memuliakan para penyintas di seluruh dunia,” ujar Budi Santoso, Wakil Sekretaris 1 MDMC PP Muhammadiyah.

Tanggapan positif disampaikan juga oleh para peserta pelatihan ini, salah satunya adalah dr. Rosmalia, C. MT, dokter umum di salah satu rumah sakit di Jabodetabek yang turut mengikuti pelatihan dari hari pertama.

“Saya sangat antusias mengikuti pelatihan ini karena menambah wawasan lebih mendalam mengenai EMT serta menambah kerja sama dan ikatan antar anggota pelatihan. Setelah pelatihan ini diharapkan dapat terjun langsung dalam menangani kebencanaan apakah itu nasional ataupun internasional dan juga diperlukan penambahan pelatihan, mungkin dalam kancah internasional juga,” pungkas dr. Rosmalia.

Pelatihan Emergency Medical Team (EMT) Dompet Dhuafa selama tiga hari ini tidak hanya memperkuat keterampilan teknis para peserta dalam menangani bencana, tetapi juga membangun sinergi antara berbagai pihak yang terlibat.

Dengan materi yang komprehensif dan praktik langsung yang aplikatif, peserta pelatihan kini lebih siap dan terlatih untuk merespons situasi darurat dengan cepat dan efektif.

Harapannya, melalui kolaborasi yang kuat dan pemahaman mendalam tentang kesehatan klinis dan masyarakat, tim EMT Dompet Dhuafa dapat menjadi garda terdepan dalam upaya kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional, serta terus meningkatkan kompetensi melalui pelatihan lanjutan di masa mendatang. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)